Novel "Malu Aku Malu"
Malu aku malu
“
Na jangan melamun”.
Asstagfirllah,
aku terkejut, Putri menepuk bahuku.
“Apa
yang sedang kamu pikirkan Na?”. Tanya Putri.
“Emm…
tidak, aku tidak memikirkan apa pun”. Jawabanku sambal tersenyum pada Putri.
Kami melanjutkan pengajian sampai pukul 20:00
wib. Kemudian anak-anak bersiap shalat isya’. Sudah terdengar suara
kendaraan-kendaraan di depan TPA, ya sudah tentu para orangtua yang menjemput
anak-anaknya. Ada juga yangtidak pulang mondok di asrama TPA bibik.
Setelah
selesai shalat, aku dan Putri membersihkan ambal dan menyapu, kemudian
merapikan Al-Qur’an dan kitab yang telah dibaca oleh anak-anak. Ku lihat ada
seorang anak perempuan duduk di dekat meja-meja belajar, kemudian aku memanggil
Putri.
“Put,
siapa anak itu?, coba tanyakan padanya, ia tidak pulang atau menunggu jemputan
orangtua ny, kalua dia tidak pulang antarkan ke asrama perempuan ya Put!”.
“Siap
bos”. Jawab Putri
Putri
pun langsung menghampiri anak tersebut. Entahlah aku tidak terlalu memperhatikan
apa yang mereka bicarakan. Aku sibuk dengan pekerjaanku membersihkan
sampah-sampah ke belakang TPA. Aku terkejut saat masuk kedalam TPA, kulihat
Putri sedang berbicara dengan seorang laki-laki, sepertinya orangtua dari anak
itu. Tidak sempat ku lihat wajahnya, ia langsung pergi bersama anak perempuan
tadi.
Tiba-tiba
Putri menghampiriku sambil senyum-senyum seolah-olah habis didatangi pangeran.
“
Na.. aku senang sekali tadi Abang nya Yuni menghmpiriku”. Kata Putri sambil
menahan senyumnya
“
Hahahah, lalu apa yang membuatmu sebahagia ini put”. Jawabku menertawakan Putri
“Sungguh
seperti pangeran. Namanya Rio tadi dia bertanya banyak hal kepadaku,
sampai-sampai ia meminta nomor telepon ku”. Jawab Putri dengan tegas dan
percaya diri.
“
Put put, jangan GR dan baper dulu, bisa jadi Rio bertanya banyak hal padamu
hanya ingin dapat informasi dan bisa jadi ia meminta nomor teleponmu, agar ia
bisa mengetahui jam berapa pulang mengaji kan?”.
Mendengar
jawabanku, Putri malah mengejekku.
“Cieee
ciee kamu cemburu ya Na, makanya kamu bilang seperti itu, haha ayo ngaku!”.
“Ah…
tidak, bahkan aku tidak tau wajah pangeranmu itu, sudahlah jangan mengada-ada”.
Jawabku dengan tegas.
Setelah
selesai bersih-bersih, aku dan Putri kembali ke asrama, kebetulan dihari ahad
besok diadakan pengajian dari jam 09:00 pagi.
Ku
lihat Putri telah terlelap, namun aku belum bisa tidur. Tiba-tiba pikiranku
jadi aneh, bukan karena horor, tapi aku jadi penasaran dengan si Rio, setampan
apakah, sampai Putripun menyukainya. Ah.. entahlah, aku harus segera tidur,
agar esok pagi cepat terbangun.
(sembari
membaca do’a)
“
Na bangun na!”. Putri membangunkanku sambil menangis.
“
Ya Allah put, ada apa?”. Aku sangat kaget
“
Aku mimisan Na, kepalaku sangat sakit”. Jawab Putri dengan suara merintih.
“
Ya Allah, sabar put, aku akan ketempat bibik”.
Aku
langsung ke kamar bibik, akhirnya bibik mengantarkan Putri pulang kerumah,
untuk berobat keesokan harinya. Tinggallah aku sendiri di asrama ini. Ya ampun
telepon putri ketinggalan, aku sangat khawatir. Tapi kulihat jam sudah
menunjukkan pukul 23:00, aku harus segera tidur kembali.
Allahu
Akbar Allahu Akbar..( Suara adzan )
Tepat
jam 05:00 terdengar suara adzan, aku pun bangun dan langsung membangunkan
adik-adik yang tidur di asrama. Kami melaksanakan Salat subuh berjamaah di
Masjid tepat depan TPA. Setelah selesai shalat, adik-adik harus kembali sarapan
dan bersiap untuk acara pengajian nanti.
Terasa
sepi jika tidak ada Putri. Kudengar suara telepon berdering, ternyata
teleponnya Putri, ya ampun Rio memanggil, aku pun mengangkat telepon darinya.
“
Assalamualaikum”?.Tanyaku sambil agak menahan nafas , sedikit deg-degan juga.
“
Waalaikumussalam, benar ini dengan Putri”?. Jawab Rio dengan bijak.
“
Maaf saya temannya Putri, Putrinya jatuh sakit, dia kembali kerumah, kebetulan
teleponnya tertinggal di asrama”. Jawabku pada Rio.
“
Oh ya, siapa nama kamu?”. Kata Rio kepdaku, bahkan Rio tidak berkomentar apa
pun mengetaui Putri sakit.
“
Nama saya Ina, ya sudah kalau begitu saya harus menyiapkan acara anak-anak
nanti!”. Kata ku mengakhri pembicaraan.
“
Em.. Ina tunggu dulu, apakah Ina yang kemarin malam bersih-bersih dengan Putri
di TPA?”. Tanya Rio padaku.
“
Iya benar, ada apa?”. Jawabku agak gugup, mengapa Rio bisa tau, atau
jangan-jangan dia memperhatikanku. Ah mana mungkin ( dalam hatiku).
“
Bolehkah nanti siang kita berbincang, ada hal serius yang ingin saya katakan
pada Ina. Kita bertemu dengan orantua ku juga, sebenarnya sudah dari semalam saya ingin bertemu dan berbicara
tentang hal inikepada Ina. Hanya saja semalam Ina terlihat begitu sibuk”.
Mendengar
perkataan Rio, perasaanku semakin bercampur-campur, GR juga. Aku bingung harus
jawab apa pada nya.
“
Ya Allah tapikan kita baru saja bertemu semalam, apa tidak sebaiknya kita
saling mengenal dulu?”.Jawabku pada Rio.
“
Saya sudah tau banyak tentang Ina dari adik saya, jadi karena orangtua saya
ingin secepatnya…. Tut…tut…tut….( telepn mati)
Teleponnya
tiba-tiba terputus, ya ampun, aku sungguh bingung secepat itukah.
Ting..
(Telepon berbunyi)
Pesan
dari si Rio
“
Maaf pula saya habis, tapiintinya, nanti saya akan datang bersama keluarga,
kita akan bertemu setelah acara ya Ina. (emoticon senyum), wassalamualaikum “.
Aku
menghela nafas panjang, ya ampun sempat tidak percaya.
Terdengar
suara ketukan pintu kamar, aku segera membukanya, ternyata bibik.
“
Ada apa bik”. Tanya ku padanya.
“
Segeralah siap-siap, kita sebentar lagi harus menyiapkan untuk acara, karena
nanti akan ada tamu undangan”. Kata bibik.
Aku
pun segera mandi, sarapan dan bersiap-siap membantu menyiapakan acara.
Setelah
selesai, aku keluar dari asrama, betapa terkejutnya aku, kulihat Putri didepan
pintu asrama.
“
Ya Allah, sudah sembuh put?”. Tanya ku pada Putri.
“
Alhamdulilah Na aku sudah sembuh, oh ya dimana teleponku?”. Putri bertanya
balik padaku.
“
Itu diatas meja put”.
Aku
dan Putri langsung turun ke TPA, dan mempersiapkan semuanya. Kulihat Putri
sedang melihat teleponnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti, dan ia menatapku
lamat-lamat agak heran.
“
Ada apa put?”. Tanyaku keheranan
“
Ya Allah Na, Rio ingin berjumpa denganmu bersama keluarganya selesai acara?”.
Pertanyaan
Putri sangat menekanku.
“
Em aku… aku tidak percaya put, maafkan aku. Bukannya aku ingin merebut Rio dari
mu, namun ini benar-benar tidak ku sangka!”. Jawabanku meyakinkan Putri.
“
Ya sudah Na, jika Rio menyukaimu aku ikhlas na’. jawab Putri sambil menunduk.
“
Ya ampun, maafkan aku, baiklah kalau begitu nanti siang aku akan beremu
dengannya” jawabku pada Putri.
Aku
merasa sedih bercampur senang, namun harus bagaimana lagi, sudah seperti itu takdirnya.
Tepat
jam 09:00 kami ikut serta acara pengajian dan tausiah dari Ustadz dan Ustadzah
yang ada di dayah itu, sambil mendengarkan anak-anak mengaji. Sungguh
menenangkan.
Saat
jam makan siang aku dan Putri membagikan nasi kotak untuk para tamu dan peserta
pengajian, kemudian kami makan bersama-sama. Makananku terasa tidak enak, entah
mengapa aku terus memikirkan Rio. Masih tidak bisa ku bayangkan, bagaimana aku
bertemu dengan keluarganya nani. Aku berharap akan baik-baik saja dan berjalan
dengan lancar.
Pandanganku
terus tertuju ke pintu TPA, apakah Rio sudah datang. Kulihat sudah hampir pukul
13:00.
“
Na, ayo cepat habiskan makananmu, sebentar lagi kita akan Salat dzuhur dan
acara akan diutup”. Kata Putri mengagetkan lamunanku.
“Baiklah
put”. Jawabku padamu
Acara
selesai tepat pukul 14:00, TPA mulai sepi, anak-anak kembali pulang dengan
orang tuanya. Beberapa saat kemudian Putri pun pulang.
“
Loh put kenapa pulang”?. Tanyaku pada Putri
“
Tidak apa-apa na, aku hanya tidak enak badan”. Jawab Putri padaku.
“
Baiklah put hati-hati dijalan ya, jangan lupa kabari aku”.
Aku
menyadari pasti Putri cemburu, ya ampun aku merasa tidak enak.
Tidak
lama dari situ, Rio pun datang, dengan orangtuanya aku tidak sanggup menahan
malu. Aku pun tersenyum.
“
Assalamualaikum na”. Salam Rio padaku.
“
Waalaikumussalam Rio”. Jawabku dengan singkat.
“
Na maaf meminta waktumu sebentar, bolehkah kita berbicara sekaligus dengan
bibikmu”?.
Pertayaan
Rio membuatku matikutu. Kami pun duduk diruang TPA, bersama Rio, orang tuanya
serta adiknya, aku dan juga bibik. Jantungku semakin deg degkan saat Rio dan
orangtuanya tersenyum padaku. Kemudian mamanya Rio memulai pembicaraan.
“
Jadi begini Na, maaf sebelumnya. Rio kan sudah lulus SMA, Jadi Rio ingin segera
mendaftarkan diri atau lanjut kuliah diUniversitas pilihannya, dan itu cukup
jauh diluar negeri. Jadi kami menemani Rio untuk beberapa minggu. Dan mengenai
Adiknya Rio ini saya ingin kalau Yuni tinggal di asrama berama Ina, dan kami
ingin tanggung jawab sepenuhnya adalah Ina. Bagaimana apakah Ina bersedia”?.
Mendengar
penjelasan dari mama Rio, rasanya aku terbanting dari atas tower, harapanku
hilang seketika dan aku pun menganga. Ya ampun aku pikir Rio dan orang tuanya
ingin……
Aku
menghela nafas panjang agar terasa lega.
“In
syaa Allah tante, saya akan menjaga Yuni disini dengan baik”. Jawabku pada mama
Rio, sedikit lemas, pandanganku menjadi kabur dan tidak fokus.
“
Allhamdulillah kaluu begitu, terimakasih Na, untuk biaya asrama saya bahas
dengan ustadzah”. Kata mama Rio padaku, memanggil bibik dengan sebutan
Ustadzah.
“
Mohon maaf, om, tante Rio, saya harus kembali membersihkan halaman.
Assalamualaikum”.
Alasanku
agar bisa menghirup nafas lega diluar.
Aku pun langsung menyapu halaman, mempersibuk diri agar bisa melupakan
kejadian barusan. Sekitar 15 menit berlalu Rio dan keluarganya keluar dari
ruang TPA, lalu Rio menghampiriku.
“Na
terimakasih banyak ya, saya pamit dulu”. Kata Rio sambil tersenyum.
Aku
tidak mengatakan apa pun , aku hanya megangguk dan tersenyum padanya.
Huhhh…..
aku sangat malu.
Judul: Malu Aku Malu
Oleh: Isti Indriana safitri
Address: Atu Lintang, Merah Pupuk