Sebuah Novel "Tentangmu" Oleh Indriana
Tentangmu
Aku
ingat pertama kali melihatmu. Kau masuk kedalam hatiku tanpa permisi, berputar
seperti gasing dipikiran ku. Entah kau milik siapa, aku tidak tau, hatiku keras
kepala. Aku tidak mau berpura-pura, tapi aku tidak bisa mengeluarkan mu dalam
pikiranku. Aku tergila-gila dan tak tau harus berbuat apa. Ada sesuatu
tentangmu yang membuatku baik-baik saja, tapi entah apa.
Semestaku
sebelum engkau datang adalah ruang yang sistematis. Aku tak pahamdimana
indahnya kalimat yang tercantum dalam larik-larik puisi. Kau menjadi seseorang
yang memorak-morandakan jagat rayaku saat itu. Dngan cara yang termanis, kau
memintaku untuk merasakan dan mensyukuri segala hal yang mungkin cepat atau
lambat berakhir.
Kota
ini sedang dilanda gerimis takala jalan hidupku ditakdirkan untuk berubah
selamanya. Adalah matamu yang pertama kali berbicara, menembus pertahananku
secara membabi buta. Kau diamkan tanganmu didalam jabatanku selama beberapa
detik. Aku idamkan tanganku didalam jabatanmu untuk selamanya. Segala
keteraturan yang ku bangun selama ini, runtuh dalam sekejap. Padahal perjumpaan
kita sangat sederhana, tak sedramatis kisah-kisah yang didongengkan para
pujangga. Bahkan aku yakin kau bukan manusia biasa. Mungkin kau adalah malaikat
yang menyamar, diturunkan bersama jutaan bom atom yang meledakkan jagat rayaku.
Dan aku hanya bisa pasrah membiarkan itu terjadi.
Hey!
Jangan pergi dulu. Aku tidak ingin pulang kerumah lalu berlama-lama menatapmu
dilayar ponsel. Kau terlalu indah untuk berkeliaran dilinimasa. Sudah duduk
saja disebelahku, hingga penghujung zaman bila perlu. Aku takkan keberatan.
Jangan Tanya kenapa. Logika ku telah mati. Ajukan saja pertanyaan muluk itu
pada jantungku yang berdebar saat tenggelam dalam senyumanmu.
Kau
pun pamit undur diri, menyisakan wangi yang pekat mewarnai udara. Tanpa mau
bertanggung jawab, kau tinggalkan aku mabuk sendirian.
Ku
kira perasaan untukmu hanyalah euphoria sesaat yang akan hilang dalam hitungan
hari. Nyatanya, aku menjadi korban dari kerinduan yang mencekik. Kau tersenyum
riang dengan pipi yang merona saat menyapaku. Seperti anak kecil menemukan
mainan yang paling di idamkannya.
Pagi
pun kembali berganti malam. Rutinitasku tidak lagi membosankan setelah kau
hadir. Mata cokelatmu yang indah itu, dicampur senyuman yang manis, selalu saja
bisa membuat jagat rayaku meledak menjadi jutaan kembang api. Sedangkan
kata-katamu yang sederhana itu adalah kembang api yang menghanguskan bumiku.
Gelap……
Lagi-lagi
aku menantimu seperti menanti cahaya. Tak menyerah walau langkah melemah. Entah
mengapa hatiku berkata, kaulah orangnya.gemintang keras menyemangatiku, terlalu
jauh sorak-sorainya untuk kunikmati. Disini sunyi tanpa hingar binger. Entah
mengapa hatiku berkata, kau pantas untuk semua pengorbanan.
Lambat
laun kusadari, beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Tidak untuk
disampaikan, tapi dikirimkan lewat doa. Juga beberapa perasaan yang memang
harus dijadikan rahasia. Bukan unuk diutarakan, tapi untuk disyukuri
keberadaannya. Biarlah gerimis dan secangkir the menjadi penggantimu. Meski
begiu, bagiku kau adalah orang yang paling istimewa, melebihi apa yang ada
disemesta ini.
Walau
kau hanya bisa kupandangi dari dalam mau pun luar jendela dikelas. Kau terlalu
mahal untuk kutebus. Atau, haruskah aku jadi penjahat saja? Yang mencurimu
karena aku tidak ikhlas orang lain melihat dan menikmati keindahanmu? Bukan!
Aku bukan penjahat. Hatimu bukan untuk kucuri, tapi untuk kuminta baik-baik.
Kali
ini aku tidak bisa ngelak lagi. Aku yakin bahwa hatiku sudah ada digenggamanmu,
menjadi hak milik untuk kau rawat, atau bahkan kau hancurkan. Ahh, sudahlah,
tak perlu aku berpikir sejauh itu. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana
posisi kita seimbang. Aku pun harus menggenggam hatimu. Karena entah kamu
setinggi langi, atau sedekat langit-langit (plafon), bagiku kamu adalah bintang
yang kupuja setengah mati. Karena bagiku menyayangimu adalah hal yang mudah,
aku bisa melakukannya berulang kali tanpa pernah merasa bosan. Yang sulit itu
cara menunjukannya.
Satu-satunya
hal yang aku suka adalah senyummu. Yang membuatku percaya bahwa Tuhan itu ada,
dan telah menciptakanmu dengan bibir mungl dengan senyum manis. Aku tak dapat
berpikir saat tenggelam dalam senyumanmu. Aku berharap suatu saat nanti, aku
bisa mendapatkan dan memiliki senyumanmu yang sesungguhnya.
Jatuh
hati itu hak, sebuah anugerah yang diberikan Tuhan untuk kita nikmati. Kalua
tak bisa dinikmati kisahnya, nikmati rasanya. Kalua terlalu menyakitkan, petik
hikmahnya. Karena hati akan sakit bukan berarti kita harus berhenti jatuh hati.
Semua itu anugerah walau perjalanannya tidak selalu indah.
Aku
hanya tau mencintaimu itu pasti banyak rindunya. Dan benar aku selalu tercekik
oleh rindu ketika senyum manismu itu melintas dipikiranku. Berlalu lalang
kesana kemari. Bagaikan burung yang hidup tanpa sayap, tak bisa terbang. Begitu
pun aku yang tak tau harus berbuat apa ketika rindu datang mencekikku.
Hari
itu, kuliha kau sedang membaca buku, dengan setelan pakaian khas ala anak SMP.
Ini buan pertama kalinya aku melihatmu, bukan juga pertama kalinya kita
bertemu. Tapi sampai sekarang tulisan ini dibuat, aku tak tau dan tak yakin,
apakah kau tau bahwa aku sedang menulis tentangmu.
Lalu,
bagaimana antara kau dan aku?
Kau
dan aku berasal dari dunia yang berbeda.
Di duniamu semua berjalan cepat, sementara waktu di duniaku semua berjalan lambat
sehingga aku lebih sering menatap langit. Saat itu, dunia kita bertabrakan.
Kita berkenalan sangat menyenangkan. Saat senja dating dan matahari mulai
tenggelam, kita berdua tau bahwa dunia kita sedang bertemu.
Menunggu
merupakan salah satu kalimat yang sering kali muncul dalam cerita hidup
seseorang. Bukan hanya aku, namun semua manusia. Sering pula kalimat ini
menjadi acuanku dalam mencintaimu. Entah kapan kalimat ini akan menghilang atau
sama sekali tak akan pernah menghilang. Yang aku tau menunggumu adalah ha yang
istimewa, walaupun kesabaran juga ikut menguji komitmenku. Menunggu membuatku
mengerti mana yang terbaik dan terburuk untuk hidup yang istimewa ini.
Bukannya
tak bersyukur dipertemukan dengan banyak wanita yang ada. Namun, aku percaya
bahwa ada yang terbaik dari yang lebih baik. Menunggumu seakan-akan menguji
keyakinan hati ini. Dan semakin tinggi ujian itu, semakin tinggi pula kualitas
cinta ini. Karena cinta itu masalah hati, bukan kesempatan. Karena aku tak
ingin tergesa-gesa, menunggumu bukan berarti aku harus kehilangan jati diriku.
Untuk orang yang sangat berarti, bukan berarti aku harus merelakan segalanya
yang berarti pula dalam hidupku. Aku juga tak ingin menukar masa depanku dengan
cinta yang salah. Karena aku juga sama seperti dirimu, dilahirkan untuk sebuah
rencana yang indah.
Aku
mengaggap, menunggu seseorang itu bukan berarti bodoh, tapi teguh pendirian.
Aku berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti, kau dan aku akan menjadi kita.
Pemikiran itulah yang membuatku tak berkenan undur diri dalam hal menanimu.
Setidaknya aku sudah jujur, walau hanya dengan diri sendiri, melakukan hal-hal
yang memang diinginkan oleh hati.
Kadang
kita berpapasan dan saling melempar senyum kecil, tanpa bincang panjang. Kau
itu hebat, mampu membuatku jatuh cinta seperi aku jauh cinta pada senja. Entah
apa yang telah kau lakukan pada system pengendalian hati. Hanya dngan senyuman
dan tatapan mampu membuatku bisu, tak bisa berucap satu kata pun.
Ya,
aku jatuh cinta padamu, seperti aku mengagumi senja. Kau datang tiba-tiba entah
dari mana, dan aku pun suka. Kau berbeda, lain dari pada yang pernah singgah
lalu pergi tanpa permisi. Mata indahmu seperti langit senja, tak pernah bosan
untuk kupandangi.
Kamu
yang kini berada di suatu tempa yang tinggi dihatiku, senyumanmu yang
melambai-lambai. Seperti aku mengingat jelas bagaimana angin menyapa pepohonan.
Kau selalu tersenyum,tersenyum dan tersenyum, dan aku pun suka.
Aku jatuh cinta juga pada bagian yang
paling sederhana darimu. Bagiku kau itu danau yang tenang yang didalamnya hidup
keseimbangan bukan gununng yang tinggi menjulang tempat elang bersarang yang
sekarang sudah mampu didaki siapa saja. Ketika aku tak mampu berucap, kita
hanya saling tatap, saling senyum, lalu senyap. Dan kita ini sangat sederhana.
Hidupku
adalah sebuah cerita yang kelam dan penuh dengan drama. Tapi jika aku harus
menulis ulang, kamulah yang akan aku jadikan tokoh utama. Dimana ceritaku akan
bergerak dan berwarna. Karena kamu adalah pelangi dengan sejuta warna.
Ada
begtu bantak cerita dikepalaku. Tentang apa yang sudah terjadi, tentang apa
yang kuharapkan terjadi. Aku menggambarkan pertemuan kita sebagai terbitnya
pagi setelah malam dingin yang panjang. Aku bisa menulis sebuah cerita denngan
kisah yang mungkin dan sangat mungkin hanya terjadi dalam kepalaku.
Aku
sudah memulai banyak sekali paragraph tentangmu, namun berhenti. Bukan karena
tidak lagi ingin, hanya saja menulis semua tentangmu membuatku membayangkan ada
kau dihadapanku, sedang kamu taka da. Bukan karena kehilangan kata, aku hanya
kehilangan kepecayaan diri untuk mengeja setiap hal didepan semua mata yang
menatap kita.
Sebab
aku yakin, sekali saja ku uliskan kamu sebagai hal-hal yang ku percaya kekal
adanya, kamu akan menjadi pusat dari tulisan yang kubuat, menjadi tokoh utama
dari cerita yang mungkin akan terjadi/ tak akan pernah terjadi.
Kalau
ada cinta yang bicara, mungkin cinta hanya ada satu. Berkhayal hidup denganmu.
Berkhayal hidup denganmu mudah, namun semakin aku kembali ke dunia nyata, kau
sulit untuk dijangkau.
Kalau
cinta hanya untuk diam, akankaah cinta lebih dari satu?
Berkhayal
hidup denganmu adalah hal yang sangat aku senangi, namun aku lebih senang jika
hal itu menjadi kenyataan. Jika menurutmu aku sulit untuk dijangkau, maka
jangan jangkau aku, karena aku bukanlah sesuatu yang ingin dijangkau. Aku sudah
ada digenggamanmu. Jangan lihat keatas, aku bukan bintang, lihat saja
kesampingmu, kalau sudah kau lihat, jangan lupa tersenyum. Tentangmu akan
selalu menjadi perbincangan indah aku dengan Tuhan.
"Tak ada cinta yang tak
diungkapkan, kecuali seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri"
Judul: Tentangmu
Oleh: Isti Indriana Safitri
Address: Atu Lintang, Merah Pupuk